Diskusi Buku Virtual ke-10 yang diadakan oleh Forum Taman Baca Bojonegoro (FTBM) dan bekerjasaman dengan Taman Baca Indonesia (tamanbaca.id) telah dilaksanakan pada hari Jumat lalu, tepatnya pada tanggal 11 September 2020.
Diskusi buku yang dilaksanakan melalui zoom dan juga disiarkan secara live streaming ini menghadirkan narasumber, Dr. Sita Acetylena, M.Pd, yang merupakan penulis buku Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dan juga sebagai pakar pendidikan Karakter Indonesia berbasis ajaran Ki Hadjar Dewantara. Diskusi ini dipandu oleh Bangun S. Nugroho, M.Pd, selaku inisiator tamanbaca.id dan juga Ketua Forum TBM Bojonegoro.

Buku Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara ini merupakan hasil disertasi Dr. Sita Acetylena, M.Pd. Buku ini berisikan 6 bab, yang membahas tentang pendidikan karakter kebangsaan, Ki Hadjar Dewantara dan filosofi nama, taman siswa beserta sejarahnya, dan pentaksiran guru taman siswa. Latar belakang dari buku ini adalah adanya ancaman global tentang karakter bangsa. Disebutkan juga oleh Kemendiknas tahun 2010 tentang pentingnya pendidikan karakter kebangsaan, mulai dari bidang politik, ekonomi, sosial budaya, ideologi, Hankam, dan juga atheisme.
Sesuai Naskah Kebijakan Pendidikan Karakter 2010, strategi pembelajaran karakter dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) maupun ekstrakulikuler harus memiliki nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya, seperti pramuka, olahraga, karya tulis, dan lain sebagainya. Penerapan kehidupan keseharian di rumah pun juga harus selaras dengan satuan pendidikan guna tercapainya kualitas sumber daya manusia yang baik dan juga mendorong untuk kemakmuran rakyat.
Pada bab selanjutnya, buku ini membahas tentang Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara masa kecilnya bernama R.M. Soewardi Surjaningrat, lahir pada hari Kamis Legi, tanggal 02 Puasa tahun Jawa, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1889 M. Ayahnya bernama G.P.H. Surjaningrat putra Kanjeng Hadipati Harjo Surjo Sasraningrat yang bergelar Sri Paku Alam ke-III. Ibunya adalah seorang putri keraton Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai pewaris Kadilangu keturunan langsung Sunan Kalijaga. Secara singkat, nama Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan dirinya sebagai kiyai yang mengajar seperti Semar, berusaha menyampaikan kehendak Tuhan kepada manusia. Dan juga bermakna sebagai guru yang bertindak sebagai perantara Tuhan menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Namanya dalam majalah Wasita sebagai pandita sejati yang berwatak ksatria dan siap sebagai penlindung bangsa dan rakyatnya.
Selanjutnya kita akan diperkenalkan dengan Perguruan Taman Siswa. Perguruan Taman Siswa berdiri pada 3 Juli 1922 di kota Yogyakarta. Taman Siswa dilahirkan oleh Paguyuban Selasa Kliwon yang dipimpin oleh Ki Ageng Suryomentaraman. Berdiri selama 8 tahun, Taman Siswa telah berkembang menjadi 145 sekolah di seluruh Indonesia.

Pendidikan Karakter Taman Siswa disebut juga sebagai pendidikan budi pekerti. Landasannya yaitu tawakkal dan manunggaling kawula Gusti. Sedangkan metode pendidikan budi pekerti Taman Siswa adalah 3 Nga, yaitu Ngerti, Ngrasa, Nglakoni. Tahapan pendidikan budi pekerti adalah tahapan syariat (usia 5-8 tahun), hakihat (usia 9-12 tahun), tarikat (usia 13-16 tahun), dan makrifat (usia 17-20 tahun).
Penulis juga menambahkan bahwa pendidikan karakter itu tidak hanya dilaksanakan oleh pendidikan di dilaksanakan melalui gerakan pencerahan kultural. Perlu dilakukan melalui berbagai “diskursus spiritualis” tentang Pendidikan Karakter di masyarakat. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Indonesia harus terus dilakukan dan tidak hanya dilakukan secara struktural, tetapi juga dengan kultural.

Akhir dari webinar ini diisi dengan sesi tanya jawab atau diskusi antara peserta dengan narasumber. Secara keseluruhan webinar ini sukses dan diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia, meskipun terdapat secuil kendala teknis yang dapat segera terselesaikan. Diskusi Buku Virtual X “Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara” ini dapat disimak lengkap melalui akun YouTube Ilhami TV (https://www.youtube.com/watch?v=_4cRcAJy-zE).
No responses yet